Mengucap syukur dan berterima kasih adalah sikap yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Karena hal ini tidak terbentuk secara otomatis, maka penting untuk mengajarkannya pada anak sejak dini. Anak-anak kita mungkin sudah sering diajarkan tentang hal ini, terutama oleh ibu. Namun memang bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu kerja keras untuk bisa menjadikannya gaya hidup. Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda untuk mengajarkan si buah hati untuk berterima kasih dan bersyukur.
Membuat daftar. Coba ajaklah anak Anda untuk membuat sebuah daftar tentang apa yang patut disyukuri olehnya sebagai keluarga ataupun sebagai pribadi. Sebagai contoh dia bisa mensyukuri makanan favoritnya yang tiap minggu dia nikmati, atau liburan yang telah dilaluinya. Atau dia bisa mengucapsyukur untuk ayah dan ibunya, untuk kesehatan, dan masih banyak lagi lainnya.
Jadilah contoh. Sebagai orangtua Anda harus menjadi contoh sehingga Anda boleh berharap anak Anda akan menirunya. Contoh sederhananya, ucapkan terima kasih ketika anak Anda membantu Anda melakukan sesuatu. Ambil waktu sedikit untuk berterima kasih pada kasir. Atau, Anda hargai pekerjaan pembantu rumah tangga yang ada di rumah Anda dan berterima kasih atas masakannya atau rumah Anda yang bersih.
Jangan Menuntut Terima Kasih. "Aku sudah bekerja keras membanting tulang untukmu, dan kamu tidak pernah berterima kasih." Kalimat seperti itu mungkin pernah Anda dengar, tapi jangan pernah ucapkan pada anak Anda. Jangan menuntut ucapan terima kasih dari anak Anda. Jika Anda bersikap tulus kepadanya, maka ia akan belajar keahlian untuk mengucapkan terima kasih.
Mengajar melalui perumpamaan. Jika Anda melihat kurangnya rasa terima kasih atau ucapan syukur, pertimbangkan untuk mengajar anak Anda melalui perumpamaan atau penokohan. Buatlah sebuah skenario, dan ajak anak Anda untuk memainkan salah satu perannya. Umpamakan Anda sebagai orang lain yang menerima atau memberikan sebuah tindakan baik darinya, ungkapkan bagaimana Anda akan mengekpresikan ucapan terima kasih sebagai contoh yang baik. Atau sebaliknya, berikan juga contoh negative sehingga dia mengerti bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Buatlah sebuah tradisi keluarga. Di rumah kami, ayah akan memberikan pidato pendek setiap makan malam khusus. Saya akan menceritakan berkat-berkat apa yang keluarga kami peroleh. Beberapa keluarga setiap sarapan di hari Minggu duduk bersama di meja dan meminta setiap anak mengungkapkan satu hal yang mereka syukuri di minggu tersebut. Dengan memiliki ritual mengucap syukur dalam keluarga, anak belajar mengekspresikan ucapan syukurnya sendiri.
Tawarkan bantuan. Paman istri saya tinggal beberapa blok jauhnya dari rumah kami, dan kami menawarkan padanya sebagai sebuah keluarga untuk mengurus halaman depannya yang sekarang dia dan istrinya tidak bisa tangani. Anak-anak sangat menikmati ketika mereka menghabiskan beberapa jam waktu mereka untuk berkebun di halaman Paman Lavon. Dengan mengajak anak Anda untuk menjadi sukarelawan, hal itu bisa membantunya mengusir rasa egois itu dari dirinya.
Sumber : (Adaptasi dari tulisan Wayne Parker, seorang konsultan keseimbangan kerja dan keluarga) About.com